Barista Inklusif : Brewbagi

Jumat, 31 Januari 2025

Barista, ketika kita mendengar kata tersebut, yang ada di pikiran kita pasti merujuk ke café, kopi, dan latte artnya yang instagrammable untuk diabadikan dengan smartphone kita masing-masing. Selain itu, bagi sebagian anak muda, banyak dari mereka yang menganggap Barista itu keren, cool, dan merupakan salah satu profesi yang bergengsi saat ini.

 

Namun, bagaimana jika yang menjadi Barista adalah disabilitas? Transgender? Penghayat kepercayaan?

 

Pusat Rehabilitasi YAKKUM menginisiasi pelatihan Barista Inklusif sebagai salah satu kegiatan Program Peduli. Program Peduli sendiri adalah suatu Program yang bertujuan untuk meningkatkan inklusi sosial bagi enam kelompok paling terpinggirkan di Indonesia, yang kurang mendapatkan akses terhadap layanan pemerintah dan program perlindungan sosial. Program Peduli dikelola oleh The Asia Foundation dengan dukungan dari Kedutaan Besar Australia di Indonesia. Salah satu kelompok marginal penerima manfaat. Program Peduli adalah orang dengan disabilitas, termasuk disabilitas psikososial. Program Peduli pilar disabilitas diimplementasikan oleh Pusat Rehabilitasi YAKKUM yang bekerja di 10 kabupaten/ kota tersebar di 7 provinsi, bekerja sama dengan 7 organisasi lokal sebagai mitra pelaksana.

 

Di dalam implementasinya, kami bekerja sama dengan komunitas pecinta kopi dan barista di Yogyakarta, yang bernama BKVR (Barista Koffie loVeRs) Yogya. Kami memberikan pelatihan Barista dimulai dari bagaimana kopi itu ditanam, pengolahan kopi, roasting hingga bagaimana menyeduh dan menyajikan kopi yang tidak hanya punya rasa yang nikmat, tetapi juga punya suatu cerita didalamnya.

“Teman-teman barista inklusif hebat, salut saya dengan semangatnya” – Hary, salah satu anggota BKVR mengungkapkan bahwa ia dan teman-teman BKVR sangat senang bisa terlibat dalam pelatihan dan kampanye Inklusi sosial melalui kopi ini. Ia bahkan selalu rajin mengundang teman-teman peserta Barista Inklusif kedalam acara-acara yang diadakan BKVR seperti Brewbagi yang rutin diadakan di minggu ke-3 setiap bulannya.

 Di dalam acara brewbagi tersebut, mereka berbagi 100 cup kopi segar yang baru diseduh untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang kebetulan ada disekitaran tempat brewbagi. Selain berbagi kopi, pasti banyak cerita, banyak gurauan serta edukasi yang dilakukan. Karena ternyata tidak sedikit masyarakat yang bahkan belum pernah mencoba kopi “asli”, yang digiling dan diseduh secara langsung, masih banyak dari masyarakat yang hanya pernah mencoba kopi sachet.

 

Melalui kopi, kami bisa berbagi, bisa mengedukasi baik mengenai kopi maupun mengenai isu-isu disabilitas, penghayat kepercayaan, transgender dan tentunya isu inklusi sosial. Melalui kopi pula, teman-teman yang awalnya dianggap marginal, dianggap tidak mampu, bisa membuktikan bahwa mereka setara, mereka semartabat. Melalui kopi kami melebur bersama, disabilitas maupun bukan, transgender ataupun bukan, penghayat kepercayaan maupun pemeluk agama lain berbaur menjadi 1 tanpa dibedakan suatu apapun. Kita semua dipersatukan oleh segelas minuman hitam yang bernama kopi. #KarenaKopiKitaSetara

 

Penulis: M Aditya Setiawan