Parents Meeting adalah sebuah komunitas bagi orang tua anak dengan kondisi clubfoot/kaki pengkor yang diinisiasi oleh PRYAKKUM. Komunitas ini menjadi tempat untuk saling berbagi pengalaman para orang tua dalam mendampingi anak dengan clubfoot.
Dalam perjalanan menuju masyarakat yang inklusif dan ramah disabilitas, langkah kecil yang diambil bersama seringkali menghasilkan perubahan besar. Salah satu langkah penting tersebut kini tengah dijalankan melalui kegiatan Terapi Aktivitas Produktif (TAP) di berbagai desa di Kabupaten Purworejo.
Irvantoro terlahir dengan kondisi achondroplasia, sebuah disabilitas fisik yang menyebabkan pertumbuhan tulang menjadi tidak sama seperti orang pada umumnya. Meski demikian, Irvan adalah anak yang periang dan ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh dukungan. Tidak ada cemoohan, tidak ada ejekan dari lingkungan dimana irvan tinggal justru keluarga dan teman-teman yang menerima dirinya dengan sepenuh hati.
Namaku Mayra. Aku adalah siswi KB Inklusif Gantari milik Pusat Rehabilitasi YAKKUM. Kata dokter, aku adalah anak dengan Down Syndrome. Aku belum tahu persis artinya, tapi katanya aku istimewa. Dan aku suka menjadi istimewa.
Elin adalah seorang perempuan dengan disabilitas psikososial dari salah satu desa di Nusa Tenggara Timur. Setelah mengikuti berbagai pelatihan dan pendampingan, ia kini bekerja di sebuah salon kecantikan di Kota Tambolaka. Pekerjaan ini tidak hanya memberinya penghasilan dan harapan baru, tetapi juga membantu menghapus stigma bahwa penyandang disabilitas psikososial dapat berdaya dan berkontribusi dalam masyarakat.
Di sebuah pesantren di sudut kota Bantul Yogyakarta, ada seorang remaja bernama Muhammad Mulham Sobri. Bagi teman-temannya, ia anak yang periang, penuh semangat, dan tak pernah absen mengikuti kegiatan apa pun. Tapi siapa sangka, di balik senyumnya yang hangat, Sobri menyimpan perjalanan hidup yang penuh tantangan sejak lahir. Sobri terlahir dengan kondisi kelainan pada kaki kirinya (congenital limb deficiency). Sejak kecil, ia harus menerima kenyataan bahwa ia berbeda. Saat anak-anak lain berlarian tanpa beban, Sobri kecil berjalan dengan kruk kayu buatan tangan sang Ayah, sebuah karya sederhana penuh cinta yang menemaninya berkeliling desa. Ketika usianya menginjak 9 tahun, segalanya mulai berubah. ALTSO (A Leg To Stand On) hadir dalam hidupnya dan memberikannya kaki palsu pertama yang benar-benar bisa ia gunakan. Sebelumnya, ia sempat mendapat kaki palsu konvensional saat masih TK, tapi ketakutan dan ketidaknyamanan membuatnya tak mampu memakainya. Kali ini berbeda. Kali ini, kaki palsu itu menjadi jembatan antara Sobri dan dunia yang lebih luas.
Di masyarakat, kader biasanya merujuk pada seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang secara sukarela aktif membantu menjalankan program-program pemerintah atau organisasi di tingkat desa. Dalam pemberdayaan terhadap masyarakat, istilah "kader" sering sekali identik dengan label sosial perempuan. Masyarakat sering kali memandang perempuan sebagai sosok yang lebih lembut, penuh kasih, dan lebih cocok menjalankan peran sosial dalam organisasi. Hal ini menjadi stigma yang membatasi peran perempuan dalam organisasi hanya sebagai pelaksana tugas atau bahkan sebagai simbol kehadiran yang âÂÂÂÂlembutâ dan âÂÂÂÂpendukungâÂÂÂÂ. Padahal, peran kader dalam sebuah organisasi sangat luas dan bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin.
"Saya harap para perempuan yang berjuang untuk kesehatan jiwa agar tetap bisa tersenyum, sabar, dan telaten selama mendampingi Orang dengan Disabilitas Psikososial (ODDP). Jangan takut untuk berbuat kebaikan dengan melakukan kegiatan positif. Tujuan kita mendampingi dan menolong ODDP adalah agar mereka menjadi lebih baik dan ini pasti banyak yang mendukung. Ini adalah motivasi untuk semua perempuan yang berjuang di isu kesehatan jiwa."ÂÂ
"Saya mendapatkan pengalaman yang sangat berkesan. salah satu nya saat perjalanan ke Lampung. saya dapat melihat betapa positifnya komunitas disabilitas. Saya mendapatkan pengalaman baru dengan bekerja bersama teman-teman difabel dan saya mendapatkan ilmu tentang ortotik, prostetik, jenis-jenis alat bantu serta bagian bagian detailnya. Tidak hanya itu, saya pun juga mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pendekatan Disability Inclusive Development yang selama ini dijalankan di Pusat Rehabilitasi YAKKUM (oleh Pusat Rehabilitasi YAKKUM/PRYAKKUM)"
Kelompok Swabantu Luhur Jiwo didirikan tahun 2017 sebagai salah satu bagian utama dari pelaksana program kesehatan jiwa berbasis masyarakat (CEPLERY) yang diinisiasi oleh Pusat Rehabilitasi YAKKUM. Kelompok Swabantu Luhur Jiwo berlokasi di Kalurahan Sidoluhur, Kapanewon Godean. Kelompok ini beranggotakan 51 orang yang terdiri dari 31 ODDP, 12 pendamping, dan 8 kader kesehatan jiwa.
YAKKUM
Blackdog Institute
HelpAge International
Inklusi Australia - Indonesia Partnership
Bijisesawi YAKKUM
Perkumpulan Kinesio Indonesia
All Saints Anglican Church
Australian Aid
CBM Global Disability Inclusion
UNFPA
Act Alliance
ALTSO
Ford Foundation
Miracle Feet
Light For The World
Program Peduli
Rehabilim Trust
Kinder Not Hilfe
Perhimpunan Jiwa Sehat
The Asia Foundation
PAFID
See You Foundation
RMIT University
Citylife Sehat
Komnas Perempuan