Perjuangan Mengubah Stigma Diri Orang Dengan Disabilitas dari Pintu ke Pintu

Jumat, 31 Januari 2025

Pemenuhan hak orang dengan disabilitas tidak hanya dimulai dari orang lain, namun juga dimulai dari orang dengan disabilitas itu sendiri untuk percaya bahwa mereka adalah individu yang berdaya dan tidak hanya membutuhkan belas kasihan.

 

Masruhan adalah sosok aktivis disabilitas asal Desa Krendetan yang gigih, tangguh, dan ulet. Masruhan hanya tinggal bersama ayahnya dalam kesehariannya karena ibunya telah meninggal dunia. Sebagai orang dengan disabilitas paraparesis, Masruhan menggunakan dua kruk untuk membantu mobilitasnya. Pekerjaan sehari-harinya berdagang pakaian di Pasar Krendetan dan menjalankan usaha toko roti yang merupakan kelompok usaha bersama Organisasi Penyandang Disabilitas (DPO) Bagelen.

 

Berbekal pengalaman organisasinya di DPO Bagelen dan keterlibatan aktif dalam forum Aliansi DPO, Masruhan mendirikan Kelompok Disabilitas Desa (KDD) pada akhir tahun 2021 bersama pemerintah Desa Krendetan dengan didukung oleh DPO Bagelen dan Pusat Rehabilitasi YAKKUM. KDD ini kemudian disebut Difa Mandiri yang beranggotakan 17 orang pada awal pembentukannya.

 

Pertemuan pertama KDD dilakukan pada Januari 2022 dengan pendampingan dari pemerintah Desa Krendetan. Berawal dari pertemuan tersebut, Masruhan merasa sedih karena anggota KDD yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam organisasi disabilitas menganggap pertemuan pertama tersebut untuk memperoleh bantuan disabilitas dari pemerintah. Masruhan mampu menangkap persepsi tersebut melalui pertanyaan-pertanyaan serupa yang disampaikan para anggotanya. Stigma terhadap diri mereka sendiri sebagai kelompok yang membutuhkan 'bantuan' serta tidak mampu melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri masih melekat pada sebagian orang dengan disabilitas, terutama mereka yang belum banyak bergelut dalam kegiatan organisasi disabilitas.

 

Hasil dari pertemuan pertama KDD Krendetan itu mendorong pengurus Kelompok Difabel Desa Difa Mandiri dan pemerintah setempat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keterlibatan dalam organisasi untuk mengubah stereotip tentang bantuan serta stigma diri sehingga dapat semangat untuk berkarya melalui program-program pemberdayaan bersama pemerintah desa, Kelompok Disabilitas Desa dan DPO. 

 

Sebagai Ketua Kelompok Difabel Desa Difa Mandiri, Masruhan melakukan upaya penyadaran bersama dengan pemerintah daerah di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Masruhan menyadari bahwa tidak mudah mengubah stigma hanya melalui pertemuan KDD yang dilakukan beberapa waktu sekali itu. Masruhan selanjutnya memulai sosialisasi dari rumah ke rumah (door-to-door) tiap orang dengan disabilitas yang tinggal di Dusun Sarangan, Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. 

 

Selain memberikan pemahaman secara langsung kepada para anggota, upaya lain untuk mengubah pola pikir terhadap bantuan dilakukan dengan berdialog dengan pemerintah Desa Krendetan untuk mendorong program-program yang menekankan aspek pemberdayaan bagi orang dengan disabilitas seperti pemberian perlengkapan usaha kepada para anggota untuk mendukung dan memajukan bisnis industri rumahan mereka yang sudah ada.

 

Pada April 2022, Pemerintah Desa Krendetan akhirnya menginisiasi program pemberdayaan ekonomi dengan memberikan fasilitas untuk mendukung usaha yang dimiliki orang dengan disabilitas di Desa Krendetan. Selain memberdayakan masyarakat di aspek ekonomi, program ini juga bertujuan untuk mengubah stereotip negatif tentang bantuan dan bagaimana orang dengan disabilitas memandang diri mereka sebagai individu yang berdaya.

 

Dalam kurun waktu 6 (enam) bulan atau selama 3 (tiga) kali pertemuan Kelompok Disabilitas Desa di Desa Krendetan, banyak anggota mulai menyadari pentingnya terlibat dalam suatu organisasi untuk dapat memperjuangkan hak-hak disabilitas di desa. Berkembangnya motivasi tersebut dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan pendapat para anggota yang mengarah pada pemberdayaan ekonomi melalui berbagai kelompok usaha inklusif.

 

Pemenuhan hak orang dengan disabilitas tidak hanya dimulai dari orang lain, namun juga dimulai dari orang dengan disabilitas itu sendiri untuk percaya bahwa mereka adalah individu yang berdaya dan tidak hanya membutuhkan belas kasihan. Dinamika dan proses pembelajaran yang dilalui oleh Kelompok Difabel Desa Difa Mandiri di Kredetan menunjukkan komitmen yang kuat dari pengurus yang dipimpin oleh Masruhan dalam menggarisbawahi hal tersebut untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi Kelompok Disabilitas Desa dan masyarakat yang lebih inklusif di Desa Krendetan secara lebih luas.

 

Penulis: Silvia Laurent Elvina P.